Halaman

Senin, Juni 17, 2019

Chat WhatsApp dengan Majelis MANIS ๐Ÿฏ #I 21

07/05/19 17.15 - Pesan yang dikirim ke grup ini kini diamankan dengan enkripsi end-to-end. Ketuk untuk info selengkapnya.
17/05/19 13.25 - +62 812-9419-3202: <Media tidak disertakan>
17/05/19 13.25 - +62 812-9419-3202: <Media tidak disertakan>
16/06/19 09.42 - +62 812-9419-3202: ๐Ÿ“† Ahad, 12 Syawal 1440H / 16 Juni 2019
๐Ÿ“š Tazkiyatun Nafs

๐Ÿ“ Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi MA.
๐Ÿ“‹ Sebaik- baik Ibadah
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ
Sebaik baik ibadah ketika ada tamu adalah engkau segera menjamunya dan berbincang dengannya, bukan malah asyik membaca buku.

Sebaik baik ibadah ketika ada kerja bakti adalah engkau ambil sapu dan cangkul, bukan khusyu itikaf di masjid.
Sebaik baik ibadah ketika azan berkumandang adalah kau menjawabnya dan segera hadir ke masjid, bukan sibuk melayani para pelanggan di toko, betapapun toko mu penuh dan ramai.
Sebaik baik ibadah ketika jam kerja sudah di mulai adalah bekerja dengan baik, bukan sibuk dengan bacaan Al Quran dan shalat dhuha, sehingga mengurangi waktu kerjamu, namun aturlah waktu dengan baik agar kau bisa mencapai semuanya.
Sebaik baik ibadah ketika ada yang kesulitan adalah segera membantunya dengan kemampuan yang kita bisa, bukan asyik membagikan foto foto korban yang tidak pantas di lihat, sungguh itu tidak patut
Ini adalah tentang fiqh prioritas.
Ini adalah tentang kemampuan memilih skala prioritas, amalan mana yang tidak penting, penting dan sangat penting agar kita tidak terkecoh dalam beramal.
Ketahuilah, setiap ibadah punya waktu dan prioritas tersendiri, kapan ia di lakukan, agar makna ibadah itu tidak ada reduksi didalamnya.
Hasan Al Bashri bertutur
ู„ุฃู† ุฃู‚ุถู‰ ุญุงุฌุฉ ุฃุฎู‰ ุฃุญุจ ุฅู„ู‰ ู…ู† ุฃู† ุฃุนุชูƒู ุณู†ุฉ
"Sesungguhnya memenuhi kebutuhan saudaraku lebih aku sukai dari pada itikaf satu tahun"
Inilah tarbiyah Islamiah, ia tidak hanya mendidik seseorang untuk hafal Al Quran dan hadist, tetapi bagaimana text text agama itu bisa di aplikasikan dalam kehidupan sehari hari, demikian ungkap Ust Jum'ah dalam Manhaj Taghyir.
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ
Sebarkan! Raih Pahala
๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ
Dipersembahkan oleh: manis.id
๐Ÿ“ฑ Info & pendaftaran member: bit.ly/mediamanis
๐Ÿ’ฐDonasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
a.n Yayasan MANIS,
No Rek BSM 7113816637

Info lebih lanjut: bit.ly/donasidakwahmanis
16/06/19
09.42 - +62 812-9419-3202: Tidur Setelah Shalat Subuh
Ustadz Menjawab
Hari/Tanggal: Ahad, 16 Juni 2019
Ustadz : Farid Nu'man Hasan
๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ
ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡
Ustadz... Saya mau bertanya, bagaimana hukumnya tidur setelah shalat subuh?

Jawaban
=========
ูˆุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุณู„ุงู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡
Perlu diketahui, tidak ada ayat atau hadits yang menyebutkan larangan tidur setelah shalat subuh. Sehingga pendapat yang paling kuat adalah BOLEH secara syar'i, sebab ketiadaan dalil atas larangannya. Bahkan, sebagian orang-orang shalih masa salaf melakukannya.
Dalam Al-Mushannaf-nya Imam Ibnu Abi Syaibah disebutkan bahwa Aisyah, Ummu Salamah, Ibnu Sirin, Sa'id bin Jubeir, Shuhaib, mereka tidur setelah Subuh.[1]
Lalu, kenapa ada ulama lain sejak masa salaf dan khalaf memakruhkan? Sebab menurut mereka setelah subuh adalah waktu diberkahi, dan waktu dibagikan rezeki, dan tidak baik di sisi kesehatan tidur setelah shubuh.
Syaikh Abdullah Al-Faqih Hafizhahullah menjelaskan:
ูุฅู† ุงู„ู†ูˆู… ููŠ ู‡ุฐุง ุงู„ูˆู‚ุช ุฌุงุฆุฒ ุจู…ุนู†ู‰ ุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠุฃุซู… ูุงุนู„ู‡، ูˆู„ูˆ ู„ู… ูŠูƒู† ู…ุญุชุงุฌุง ุฅู„ูŠู‡. ูˆู‚ุฏ ูƒุฑู‡ู‡ ุจุนุถ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ู†ุธุฑุง ู„ู…ุง ูŠุชุฑุชุจ ุนู„ูŠู‡ ู…ู† ุขุซุงุฑ ุตุญูŠุฉ ูˆุบูŠุฑู‡ุง، ุฅู„ุง ุฅุฐุง ูƒุงู† ู„ุญุงุฌุฉ. ูˆู‚ุฏ ูˆุฑุฏ ุฃู† ุงู„ุฑุฒู‚ ูŠู‚ุณู… ููŠ ุฐู„ูƒ ุงู„ูˆู‚ุช.
"Sesungguhnya tidur di waktu ini adalah boleh, dalam arti tidak berdosa melakukannya, walau dia tidak membutuhkannya. Sebagian ulama memakruhkan karena melihat berbagai pertimbangan, seperti kesehatan dan lainnya, kecuali jika ada kebutuhan untuk melakukannya." [2]
Imam Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma'ad berkata;
ู†ูˆู… ุงู„ุตุจุญุฉ ูŠู…ู†ุน ุงู„ุฑุฒู‚ ู„ุฃู† ุฐู„ูƒ ูˆู‚ุช ุชุทู„ุจ ููŠู‡ ุงู„ุฎู„ูŠู‚ุฉ ุฃุฑุฒุงู‚ู‡ุง ูˆู‡ูˆ ูˆู‚ุช ู‚ุณู…ุฉ ุงู„ุฃุฑุฒุงู‚ ูู†ูˆู…ู‡ ุญุฑู…ุงู† ุฅู„ุง ู„ุนุงุฑุถ ุฃูˆ ุถุฑูˆุฑุฉ . ุงู†ุชู‡ู‰
"Tidur pagi itu menghalangi rezeki, sebab itulah saat rezeki makhluk sedang dicari, di waktu itulah rezeki sedang dibagikan. Maka, tidur di waktu itu bisa mencegahnya kecuali memang darurat."[3]
Nabi ๏ทบ berdoa buat umatnya:
ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุจَุงุฑِูƒْ ู„ِุฃُู…َّุชِูŠ ูِูŠ ุจُูƒُูˆุฑِู‡َุง

"Ya Allah berkahilah umatku di pagi harinya." [4]
'Urwah bin Az Zubeir Rahimahullah berkata:
ูƒَุงู†َ ุงู„ุฒُّุจَูŠْุฑُ ูŠَู†ْู‡َู‰ ุจَู†ِูŠู‡ِ ุนَู†ِ ุงู„ุชَّุตَุจُّุญِ
"Az Zubeir (bin Awwam) melarang anaknya untuk tidur setelah subuh."[5]
Maka, sayang sekali jika waktu berkah itu disia-siakan. Ahsannya dan afdhalnya adalah berdizkir, tilawah, lalu silahkan istirahat. Atau beraktifitas seperti kerja, atau berbenah di rumah.
*Kesimpulan:*
1. Tidak ada larangan syar'i tidur setelah subuh
2. Sebagian salaf sejak masa sahabat dan tabi'in ada yang tidur setelah subuh
3. Sebagian lain memakruhkannya sebab itu waktu yang diberkahi
Demikian. Wallahu a'lam
=========
Referensi :
[1] Imam Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, no. 25958-9, 25961-3
[2] Syaikh Abdullah Al Faqih, Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah no. 153487
[3] Imam Ibnul Qayyim, Zaadul Ma'ad, 4/242
[4] HR. At Tirmidzi no. 1212, Abu Daud no. 2606, Ibnu Hibban no. 4754-4755. Hadits ini diperselisihkan statusnya. Imam At Tirmidzi menyatakan hasan. Imam Ibnu Hibban memasukkan dalam kitab Shahih-nya, begitu pula Syaikh Al Albani mengatakan shahih. Sementara Imam Ibnul Jauzi, Syaikh Syu'aib Al Arnauth, Syaikh Husein Salim Asad mendhaifkannya.
[5] Imam Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, no. 25951
๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ
Dipersembahkan oleh: manis.id
๐Ÿ“ฑ Info & pendaftaran member: bit.ly/mediamanis
๐Ÿ’ฐDonasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
a.n Yayasan MANIS,
No Rek BSM 7113816637
Info lebih lanjut: bit.ly/donasidakwahmanis
17/06/19
10.17 - +62 812-9419-3202: Makan-makan Di Rumah Si Mayit
Ustadz Menjawab
Hari/Tanggal: Senin, 17 Juni 2019
Ustadz : Farid Nu'man Hasan
๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ
ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡
Ustadz... Saya mau bertanya, memakan makanan dari acara selametan tahlilan hukumnya apa?
A_43
Jawaban
=========
ูˆุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุณู„ุงู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡
Bagian ini sering diperselisihkan kaum muslimin, antara yang membolehkan dan melarangnya.
▪️Pihak Yang Melarang dan Dalilnya
Dari Jarir bin Abdillah Al Bajalli Radhiallahu 'Anhu, katanya:
ูƒُู†َّุง ู†َุนُุฏُّ ุงู„ِุงุฌْุชِู…َุงุนَ ุฅِู„َู‰ ุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ْู…َูŠِّุชِ ูˆَุตَู†ِูŠุนَุฉَ ุงู„ุทَّุนَุงู…ِ ุจَุนْุฏَ ุฏَูْู†ِู‡ِ ู…ِู†َ ุงู„ู†ِّูŠَุงุญَุฉِ
Kami (para sahabat) memandang bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk niyahah (meratap) –yakni terlarang. (HR. Ahmad No. 6905. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan: Shahih. Lihat Ta'liq Musnad Ahmad No. 6905)
Pernyataan ini menjadi dalil, bahwa pada masa sahabat Nabi ๏ทบ berkumpul di rumah mayit lalu makan-makan adalah perbuatan meratap dan itu terlarang.
Imam Asy Syafi'i Rahimahullah, beliau mengatakan dalam Al Umm:
ูˆุฃูƒุฑู‡ ุงู„ู…ุฃุชู… ูˆู‡ู‰ ุงู„ุฌู…ุงุนุฉ ูˆุฅู† ู„ู… ูŠูƒู† ู„ู‡ู… ุจูƒุงุก ูุฅู† ุฐู„ูƒ ูŠุฌุฏุฏ ุงู„ุญุฒู†
"Aku membenci ma'tam, yaitu berkumpul (di rumah keluarga si mayit), walaupun tidak ada tangisan, namun yang demikian itu memperbarui kesedihan." (Imam Asy Syafi'i, Al Umm, 1/ 318. Darul Fikr)
Begitu pula kata Imam An Nawawi Rahimahullah dalam kitab Al Majmu':
ูˆุฃู…ุง ุงุตู„ุงุญ ุงู‡ู„ ุงู„ู…ูŠุช ุทุนุงู…ุง ูˆุฌู…ุน ุงู„ู†ุงุณ ุนู„ูŠู‡ ูู„ู… ูŠู†ู‚ู„ ููŠู‡ ุดุฆ ูˆู‡ูˆ ุจุฏุนุฉ ุบูŠุฑ ู…ุณุชุญุจุฉ ู‡ุฐุง ูƒู„ุงู… ุตุงุญุจ ุงู„ุดุงู…ู„ ูˆูŠุณุชุฏู„ ู„ู‡ุฐุง ุจุญุฏูŠุซ ุฌุฑูŠุฑ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ุงู„ " ูƒู†ุง ู†ุนุฏ ุงู„ุงุฌุชู…ุงุน ุฅู„ู‰ ุฃู‡ู„ ุงู„ู…ูŠุช ูˆุตู†ูŠุนุฉ ุงู„ุทุนุงู… ุจุนุฏ ุฏูู†ู‡ ู…ู† ุงู„ู†ูŠุงุญุฉ
"Adapun penyediaan makanan oleh keluarga mayit dan berkumpulnya orang banyak di sana, adalah tidak ada dalil sama sekali, dan itu adalah bid'ah yang dibenci. Ini adalah ucapan pengarang Asy Syamil, dia berdalil hadits Jarir bin Abdullah Radhiallahu 'Anhu: Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk niyahah (meretap) –yakni terlarang." (Imam An Nawawi, Al Majmu' Syarah Al Muhadzab, 5/320. Darul Fikr)
Juga Imam Sayyid Al Bakr Ad Dimyathi Asy Syafi'i Rahimahullah, beliau berkata dalam I'anatuth Thalibin:
ู†ุนู…، ู…ุง ูŠูุนู„ู‡ ุงู„ู†ุงุณ ู…ู† ุงู„ุงุฌุชู…ุงุน ุนู†ุฏ ุฃู‡ู„ ุงู„ู…ูŠุช ูˆุตู†ุน ุงู„ุทุนุงู…، ู…ู† ุงู„ุจุฏุน ุงู„ู…ู†ูƒุฑุฉ ุงู„ุชูŠ ูŠุซุงุจ ุนู„ู‰ ู…ู†ุนู‡ุง ูˆุงู„ูŠ ุงู„ุงู…ุฑ، ุซุจุช ุงู„ู„ู‡ ุจู‡ ู‚ูˆุงุนุฏ ุงู„ุฏูŠู† ูˆุฃูŠุฏ ุจู‡ ุงู„ุงุณู„ุงู… ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู†.
Ya, apa yang dilakukan manusia, yakni berkumpul di rumah keluarga si mayit, dan dihidangkan makanan, merupakan bid'ah munkarah, yang akan diberi pahala bagi orang yang mencegahnya, dengannya Allah akan kukuhlah kaidah-kaidah agama, dan dengannya dapat mendukung Islam dan muslimin." (Imam Sayyid Al Bakr Ad Dimyathi Asy Syafi'i, I'anatuth Thalibin, 2/165. Mawqi' Ya'sub)
Beliau juga mengatakan:
ูˆู…ุง ุงุนุชูŠุฏ ู…ู† ุฌุนู„ ุฃู‡ู„ ุงู„ู…ูŠุช ุทุนุงู…ุง ู„ูŠุฏุนูˆุง ุงู„ู†ุงุณ ุฅู„ูŠู‡، ุจุฏุนุฉ ู…ูƒุฑูˆู‡ุฉ - ูƒุฅุฌุงุจุชู‡ู… ู„ุฐู„ูƒ، ู„ู…ุง ุตุญ ุนู† ุฌุฑูŠุฑ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡. ูƒู†ุง ู†ุนุฏ ุงู„ุงุฌุชู…ุงุน ุฅู„ู‰ ุฃู‡ู„ ุงู„ู…ูŠุช ูˆุตู†ุนู‡ู… ุงู„ุทุนุงู… ุจุนุฏ ุฏูู†ู‡ ู…ู† ุงู„ู†ูŠุงุญุฉ.

Dan apa yang dibiasakan manusia tentang hidangan dari keluarga si mayit yang disediakan untuk para undangan, adalah bid'ah yang tidak disukai agama, sebagaimana datangnya para undangan ke acara itu, karena ada hadits shahih yang diriwayatkan dari Jarir Radhiallahu 'Anhu: Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk nihayah (meratap) –yakni terlarang." (Ibid)
Beliau juga mengatakan:
ูˆููŠ ุงู„ุจุฒุงุฒ: ูˆูŠูƒุฑู‡ ุงุชุฎุงุฐ ุงู„ุทุนุงู… ููŠ ุงู„ูŠูˆู… ุงู„ุงูˆู„ ูˆุงู„ุซุงู„ุซ ูˆุจุนุฏ ุงู„ุงุณุจูˆุน، ูˆู†ู‚ู„ ุงู„ุทุนุงู… ุฅู„ู‰ ุงู„ู‚ุจุฑ ููŠ ุงู„ู…ูˆุงุณู…
"Dalam Kitab Al Bazaz: Dibenci menyediakan makanan pada hari pertama, tiga, dan setelah tujuh hari, dan juga mengirim makanan ke kuburan secara musiman." (Ibid, 2/166)
Sementara Imam Muhammad Al Khathib Asy Syarbini mengatakan dalam Mughni Muhtaj:
ุฃَู…َّุง ุฅุตْู„َุงุญُ ุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ْู…َูŠِّุชِ ุทَุนَุงู…ًุง ูˆَุฌَู…ْุนُ ุงู„ู†َّุงุณِ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูَุจِุฏْุนَุฉٌ ุบَูŠْุฑُ ู…ُุณْุชَุญَุจٍّ ، ุฑَูˆَู‰ ุฃَุญْู…َุฏُ ูˆَุงุจْู†ُ ู…َุงุฌَู‡ْ ุจِุฅِุณْู†َุงุฏٍ ุตَุญِูŠุญٍ ุนَู†ْ ุฌَุฑِูŠุฑِ ุจْู†ِ ุนَุจْุฏِ ุงู„ู„َّู‡ِ ู‚َุงู„َ : ูƒُู†َّุง ู†َุนُุฏُّ ุงู„ِุงุฌْุชِู…َุงุนَ ุนَู„َู‰ ุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ْู…َูŠِّุชِ ูˆَุตُู†ْุนَู‡ُู…ْ ุงู„ุทَّุนَุงู…َ ุงู„ู†ِّูŠَุงุญَุฉَ .
Adapun menyediakan makanan oleh keluarga mayit dan berkumpulnya orang banyak di situ, adalah bid'ah yang tidak disukai. Imam Ahmad meriwayatkan secara shahih dari Jarir bin Abdulah Radhiallahu 'Anhu: Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk niyahah (meratap) –yakni terlarang." (Imam Muhammad Al Khathib Asy Syarbini, Mughi Muhtaj Ila Ma'rifati Alfazh Al Minhaj, 4/369. Mawqi' Al Islam)
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab At Tamimi mengatakan bahwa membaca dan membawa Al Quran di kubur sebagaimana yang dilakukan sebagian manusia hari ini, mereka duduk selama tujuh hari dan menamakan itu sebagai kesungguhan, begitu pula berkumpul di rumah keluarga si mayit selama tujuh hari membaca Al Fatihah, dan mengangkat tangan untuk berdoa untuk si mayit, maka semua ini adalah bid'ah munkar yang diada-adakan, dan harus dihilangkan. (Syaikh Shalih Fauzan, At Tibyan Li Akhtha'i Ba'dhil Kitab, Hal. 171. Mawqi' Ruh Al Islam)
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:
ู‚ุงู„ ุงู„ู†ูˆูˆูŠ: ู‚ุงู„ ุงู„ุดุงูุนูŠ ูˆุฃุตุญุงุจู‡ ุฑุญู…ู‡ู… ุงู„ู„ู‡: ูŠูƒุฑู‡ ุงู„ุฌู„ูˆุณ ู„ู„ุชุนุฒูŠุฉ.
ู‚ุงู„ูˆุง: ูˆูŠุนู†ูŠ ุจุงู„ุฌู„ูˆุณ ุฃู† ูŠุฌุชู…ุน ุฃู‡ู„ ุงู„ู…ูŠุช ููŠ ุจูŠุช ู„ูŠู‚ุตุฏู‡ู… ู…ู† ุฃุฑุงุฏ ุงู„ุชุนุฒูŠุฉ، ุจู„ ูŠู†ุจุบูŠ ุฃู† ูŠู†ุตุฑููˆุง ููŠ ุญูˆุงุฆุฌู‡ู….
ูˆู„ุงูุฑู‚ ุจูŠู† ุงู„ุฑุฌุงู„ ูˆุงู„ู†ุณุงุก ููŠ ูƒุฑุงู‡ุฉ ุงู„ุฌู„ูˆุณ ู„ู‡ุง.
ุตุฑุญ ุจู‡ ุงู„ู…ุญุงู…ู„ูŠ ูˆู†ู‚ู„ู‡ ุนู† ู†ุต ุงู„ุดุงูุนูŠ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡.
ูˆู‡ุฐู‡ ูƒุฑุงู‡ุฉ ุชู†ุฒูŠู‡ ุฅุฐุง ู„ู… ูŠูƒู† ู…ุนู‡ุง ู…ุญุฏุซ ุขุฎุฑ، ูุฅู† ุถู… ุฅู„ูŠู‡ุง ุฃู…ุฑ ุขุฎุฑ ู…ู† ุงู„ุจุฏุน ุงู„ู…ุญุฑู…ุฉ - ูƒู…ุง ู‡ูˆ ุงู„ุบุงู„ุจ ู…ู†ู‡ุง ููŠ ุงู„ุนุงุฏุฉ - ูƒุงู† ุฐู„ูƒ ุญุฑุงู…ุง ู…ู† ู‚ุจุงุฆุญ ุงู„ู…ุญุฑู…ุงุช، ูุฅู†ู‡ ู…ุญุฏุซ ูˆุซุจุช ููŠ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงู„ุตุญูŠุญ " ุฃู† ูƒู„ ู…ุญุฏุซุฉ ุจุฏุนุฉ، ูˆูƒู„ ุจุฏุนุฉ ุถู„ุงู„ุฉ ". ูˆุฐู‡ุจ ุฃุญู…ุฏ ูˆูƒุซูŠุฑ ู…ู† ุนู„ู…ุงุก ุงู„ุงุญู†ุงู ุฅู„ู‰ ู‡ุฐุง ุงู„ุฑุฃูŠ.
ูˆุฐู‡ุจ ุงู„ู…ุชู‚ุฏู…ูˆู† ู…ู† ุงู„ุงุญู†ุงู ุฅู„ู‰ ุฃู†ู‡ ู„ุง ุจุฃุณ ุจุงู„ุฌู„ูˆุณ ููŠ ุบูŠุฑ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ุซู„ุงุซุฉ ุฃูŠุงู… ู„ู„ุชุนุฒูŠุฉ، ู…ู† ุบูŠุฑ ุงุฑุชูƒุงุจ ู…ุญุธูˆุฑ.
ูˆู…ุง ูŠูุนู„ู‡ ุจุนุถ ุงู„ู†ุงุณ ุงู„ูŠูˆู… ู…ู† ุงู„ุงุฌุชู…ุงุน ู„ู„ุชุนุฒูŠุฉ، ูˆุฅู‚ุงู…ุฉ ุงู„ุณุฑุงุฏู‚ุงุช، ูˆูุฑุด ุงู„ุจุณุท، ูˆุตุฑู ุงู„ุงู…ูˆุงู„ ุงู„ุทุงุฆู„ุฉ ู…ู† ุฃุฌู„ ุงู„ู…ุจุงู‡ุงุฉ ูˆุงู„ู…ูุงุฎุฑุฉ ู…ู† ุงู„ุงู…ูˆุฑ ุงู„ู…ุญุฏุซุฉ ูˆุงู„ุจุฏุน ุงู„ู…ู†ูƒุฑุฉ ุงู„ุชูŠ ูŠุฌุจ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ุงุฌุชู†ุงุจู‡ุง، ูˆูŠุญุฑู… ุนู„ูŠู‡ู… ูุนู„ู‡ุง، ู„ุงุณูŠู…ุง ูˆุฃู†ู‡ ูŠู‚ุน ููŠู‡ุง ูƒุซูŠุฑ ู…ู…ุง ูŠุฎุงู„ู ู‡ุฏูŠ ุงู„ูƒุชุงุจ ูˆูŠู†ุงู‚ุถ ุชุนุงู„ูŠู… ุงู„ุณู†ุฉ، ูˆูŠุณูŠุฑ ูˆูู‚ ุนุงุฏุงุช ุงู„ุฌุงู‡ู„ูŠุฉ، ูƒุงู„ุชุบู†ูŠ ุจุงู„ู‚ุฑุขู† ูˆุนุฏู… ุงู„ุชุฒุงู… ุขุฏุงุจ ุงู„ุชู„ุงูˆุฉ، ูˆุชุฑูƒ ุงู„ุงู†ุตุงุช ูˆุงู„ุชุดุงุบู„ ุนู†ู‡ ุจุดุฑุจ ุงู„ุฏุฎุงู† ูˆุบูŠุฑู‡.
ูˆู„ู… ูŠู‚ู ุงู„ุงู…ุฑ ุนู†ุฏ ู‡ุฐุง ุงู„ุญุฏ، ุจู„ ุชุฌุงูˆุฒู‡ ุนู†ุฏ ูƒุซูŠุฑ ู…ู† ุฐูˆูŠ ุงู„ุงู‡ูˆุงุก ูู„ู… ูŠูƒุชููˆุง ุจุงู„ุงูŠุงู… ุงู„ุงูˆู„: ุฌุนู„ูˆุง ูŠูˆู… ุงู„ุงุฑุจุนูŠู† ูŠูˆู… ุชุฌุฏุฏ ู„ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ู†ูƒุฑุงุช ูˆุฅุนุงุฏุฉ ู„ู‡ุฐู‡ ุงู„ุจุฏุน. ูˆุฌุนู„ูˆุง ุฐูƒุฑู‰ ุฃูˆู„ู‰ ุจู…ู†ุงุณุจุฉ ู…ุฑูˆุฑ ุนุงู… ุนู„ู‰ ุงู„ูˆูุงุฉ ูˆุฐูƒุฑู‰ ุซุงู†ูŠุฉ، ูˆู‡ูƒุฐุง ู…ู…ุง ู„ุง ูŠุชูู‚ ู…ุน ุนู‚ู„ ูˆู„ุงู†ู‚ู„.
"Berkata An Nawawi: Asy Syafi'i dan sahabat-sahabatnya Rahimahumullah mengatakan: dimakruhkan duduk-duduk ketika takziyah. Mereka mengatakan: yakni duduk berkumpul bersama keluarga si mayit di rumahnya dengan maksud takziyah, bahkan mereka menyediakan kebutuhan mereka (tamu). Dalam hal hukum duduk ini, tidak ada bedanya antara laki dan perempuan. Demikian yang diterangkan Al Muhamili dan kutipannya dari Asy Syafi'i Radhiallahu 'Anhu .
Ini adalah makruh tanzih jika tidak dibarengi oleh hal-hal muhdats (baru) lainnya, dan jika di dalamnya mengandung perkara lainnya berupa bid'ah yang diharamkan –sebagaimana umumnya kebiasaan yang berlaku- maka hal itu adalah termasuk keharaman yang buruk. Telah shahih hadits: Setiap yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat.
Pendapat inilah yang dipegang oleh madzhab Ahmad, Hanafiyah, dan mayoritas ulama. Sedangkan kalangan Hanafiyah terdahulu membolehkan duduk selama tiga hari, selain di masjid, jika tidak dibarengi oleh hal-hal terlarang. Ada pun, yang dilakukan oleh sebagian manusia hari ini, mereka berkumpul untuk takziyah, memasang tenda, menggelar karpet di lantai, lalu menghabiskan uang demi memperlihatkan kehebatan dan berbangga-bangga, ini semua adalah hal muhdats (baru) dan bid'ah yang munkar, wajib bagi mereka menjauhinya, haram melakukannya, apalagi pada kenyataannya sering terjadi di dalamnya hal-hal yang bertentangan dengan petunjuk Al Quran dan ajaran As Sunnah, sehingga menyerupai adat jahiliyah, seperti menyanyikan Al Quran, tidak memegang adab membaca Al Quran, tidak menyimaknya, tetapi sibuk minum atau menghisap rokok, dan lainnya.
Acara seperti ini tidak hanya terbatas demikian, bahkan kebanyakan ahlul hawa (pengikut hawa nafsu) meneruskannya tidak cukup pada hari pertama; mereka melakukannya pada hari ke empat puluh, saat itu mereka memperbarui kemungkaran dan mengulangi bid'ah tersebut. Mereka juga mengenang seratus hari pertama dari wafatnya si mayit, dan juga seratus hari kedua. Demikianlah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan oleh akal dan naql (dalil) ini." Demikian perkataan Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah. (Fiqhus Sunnah, 1/564. Darul Kitab Al 'Arabi)
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah mengatakan:
ูˆุฃู…ุง ุตู†ุน ุงู„ุทุนุงู… ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ู…ูŠุช ู„ู„ู†ุงุณ ุณูˆุงุก ูƒุงู† ุฐู„ูƒ ู…ู† ู…ุงู„ ุงู„ูˆุฑุซุฉ ุฃูˆ ู…ู† ุซู„ุซ ุงู„ู…ูŠุช ุฃูˆ ู…ู† ุดุฎุต ุขุฎุฑ ูู‡ุฐุง ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ؛ ู„ุฃู†ู‡ ุฎู„ุงู ุงู„ุณู†ุฉ ูˆู…ู† ุนู…ู„ ุงู„ุฌุงู‡ู„ูŠุฉ ูƒู…ุง ุชู‚ุฏู…، ูˆู„ุฃู† ููŠ ุฐู„ูƒ ุฒูŠุงุฏุฉ ุชุนุจ ู„ู‡ู… ุนู„ู‰ ู…ุตูŠุจุชู‡ู… ูˆุดุบู„ุง ุฅู„ู‰ ุดุบู„ู‡ู…. ูˆู‚ุฏ ุฑูˆู‰ ุฃุญู…ุฏ ูˆุงุจู† ู…ุงุฌู‡ ุจุฅุณู†ุงุฏ ุฌูŠุฏ ุนู† ุฌุฑูŠุฑ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุจุฌู„ูŠ - ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ - ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„ «ูƒู†ุง ู†ุนุฏ ุงู„ุงุฌุชู…ุงุน ุฅู„ู‰ ุฃู‡ู„ ุงู„ู…ูŠุช ูˆุตู†ุนุฉ ุงู„ุทุนุงู… ุจุนุฏ ุงู„ุฏูู† ู…ู† ุงู„ู†ูŠุงุญุฉ » . ูˆู„ู… ูŠุซุจุช ุนู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ - ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… - ูˆู„ุง ุนู† ุฃุญุฏ ู…ู† ุฃุตุญุงุจู‡ - ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู… - ูˆู„ุง ุนู† ุงู„ุณู„ู ุงู„ุตุงู„ุญ ุฅู‚ุงู…ุฉ ุญูู„ ู„ู„ู…ูŠุช ู…ุทู„ู‚ุง ู„ุง ุนู†ุฏ ูˆูุงุชู‡ ูˆู„ุง ุจุนุฏ ุฃุณุจูˆุน ูˆู„ุง ุจุนุฏ ุฃุฑุจุนูŠู† ูŠูˆู…ุง ูˆู„ุง ุจุนุฏ ุณู†ุฉ ู…ู† ูˆูุงุชู‡، ุจู„ ุฐู„ูƒ ุจุฏุนุฉ ูŠุฌุจ ุชุฑูƒู‡ุง ูˆุฅู†ูƒุงุฑู‡ุง ูˆุงู„ุชูˆุจุฉ ุฅู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ู…ู†ู‡ุง ู„ู…ุง ููŠู‡ุง ู…ู† ุงู„ุงุจุชุฏุงุน ููŠ ุงู„ุฏูŠู† ูˆู…ุดุงุจู‡ุฉ ุฃู‡ู„ ุงู„ุฌุงู‡ู„ูŠุฉ.
Ada keluarga si mayit yang membuatkan makanan, sama saja apakah itu dari harta warisan, atau sepertiga harta si mayit, atau dari orang lain, maka ini tidak boleh, karena itu menyelisihi sunah dan termasuk perbuatan jahilyah sebagaimana penjelasan yang lalu. Demikian itu dapat menambah rasa lelah dan kesibukan bagi mereka setelah mendapatkan musibah. Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan dengan sanad yang jayyid, dari Jarir bin Abdullah Al Bajalli Radhiallahu 'Anhu bahwa dia berkata: "Kami menganggap berkumpul di keluarga mayit dan membuatkan makanan setelah penguburan termasuk perbuatan meratap." Serta tidak ada satu pun yang shahih dari Rasulullah ๏ทบ, tidak pula dari satu pun para sahabat Radhiallahu 'Anhum, tidak pula dari salafush shalih tentang diadakannya acara ini secara mutlak, tidak ada ketika wafatnya, tidak pula sepekan setelahnya, empat hari dan setahun setelah kematiannya, justru itu adalah bid'ah yang wajib ditinggalkan dan dingkari, hendaknya taubat kepada Allah ๏ทป darinya, karena itu merupakan mengada-ada dalam agama dan menyerupai orang jahiliyah. (Majmu' Fatawa, 2/356- 357)
Tetapi bagi mereka tidak masalah jika makanan justru didatangkan oleh tetangganya atau sanak familinya untuk membantu kesulitan keluarga si mayit, yang seperti ini justru dianjurkan sebagaimana yang dilakukan para sahabat nabi kepada keluarga Ja'far bin Abi Thalib Radhiallahu 'Anhu, ini masyhur dan sunah, serta tidak diperselisihkan hukumnya.
Dari Abdullah bin Ja'far, ketika tersebar berita wafatnya Ja'far bin Thalib Radhiallahu 'Anhu, maka Nabi ๏ทบ bersabda:
ุงุตْู†َุนُูˆุง ู„ุฃَู‡ْู„ِ ุฌَุนْูَุฑٍ ุทَุนَุงู…ًุง، ูَุฅِู†َّู‡ُ ู‚َุฏْ ุฌَุงุกَู‡ُู…ْ ู…َุง ูŠَุดْุบَู„ُู‡ُู…ْ
Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang kepada mereka musibah yang menyibukkan mereka. (HR. At Tirmidzi No. 998, katanya: hasan. Ibnu Majah No. 1610. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 1610)
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz mengatakan: "Fahadza huwa sunnah – perbuatan inilah yang sunah." (Majmu' Fatawa, 2/356)
Atau tidak apa-apa jika tuan rumah memberikan minum atau makan untuk tamu atau saudara yang jauh, bukan karena semata-mata dalam rangka takziyahnya, karena memang mereka adalah tamu jauh. Itu tidak mengapa, sebab biasanya, ada atau tidak ada musibah, secara alami kita akan memberikan jamuan kepada tamu jauh.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah berkata:
ุณ: ู‡ู„ ูŠุฌูˆุฒ ุญุถูˆุฑ ู…ุฌู„ุณ ุงู„ุนุฒุงุก ูˆุงู„ุฌู„ูˆุณ ู…ุนู‡ู…؟
ุฌ: ุฅุฐุง ุญุถุฑ ุงู„ู…ุณู„ู… ูˆุนุฒู‰ ุฃู‡ู„ ุงู„ู…ูŠุช ูุฐู„ูƒ ู…ุณุชุญุจ؛ ู„ู…ุง ููŠู‡ ู…ู† ุงู„ุฌุจุฑ ู„ู‡ู… ูˆุงู„ุชุนุฒูŠุฉ، ูˆุฅุฐุง ุดุฑุจ ุนู†ุฏู‡ู… ูู†ุฌุงู† ู‚ู‡ูˆุฉ ุฃูˆ ุดุงูŠ ุฃูˆ ุชุทูŠุจ ูู„ุง ุจุฃุณ ูƒุนุงุฏุฉ ุงู„ู†ุงุณ ู…ุน ุฒูˆุงุฑู‡ู….
Pertanyaan: "Bolehkah menghadiri majelis ta'ziyah dan duduk bersama mereka?"
Jawaban: "Jika seorang muslim hadir untuk menghibur keluarga si mayit maka ini mustahab (disukai/sunah), karena hal itu bisa memulihkan keadaan dan menghibur mereka, dan jika minum secangkir kopi, atau teh, diberikan wewangian, maka tidak apa-apa sebagaimana kebiasaan manusia dalam menyembut para peziarahnya. (Majmu' Fatawa, 13/371)
Demikianlah dalil dan perkataan pihak yang melarang berkumpul dan makan-makan di rumah mayit, berserta para ulama yang melarangnya. Bagi mereka hal itu termasuk niyahah (meratap) yang dilarang syariat, dapat memperbarui kesedihan, dan merupakan muhdats (hal baru yang diada-adakan).
▪️Pihak Yang Membolehkan dan Dalilnya
Berikut ini dalil-dalil pihak yang membolehkan berkumpul dan makan-makan di rumah si mayit:
1. Dari 'Aisyah Radhiallahu 'Anha:
ุฃَู†َّู‡َุง ูƒَุงู†َุชْ ุฅِุฐَุง ู…َุงุชَ ุงู„ู…َูŠِّุชُ ู…ِู†ْ ุฃَู‡ْู„ِู‡َุง، ูَุงุฌْุชَู…َุนَ ู„ِุฐَู„ِูƒَ ุงู„ู†ِّุณَุงุกُ، ุซُู…َّ ุชَูَุฑَّู‚ْู†َ ุฅِู„َّุง ุฃَู‡ْู„َู‡َุง ูˆَุฎَุงุตَّุชَู‡َุง، ุฃَู…َุฑَุชْ ุจِุจُุฑْู…َุฉٍ ู…ِู†ْ ุชَู„ْุจِูŠู†َุฉٍ ูَุทُุจِุฎَุชْ، ุซُู…َّ ุตُู†ِุนَ ุซَุฑِูŠุฏٌ ูَุตُุจَّุชِ ุงู„ุชَّู„ْุจِูŠู†َุฉُ ุนَู„َูŠْู‡َุง، ุซُู…َّ ู‚َุงู„َุชْ: ูƒُู„ْู†َ ู…ِู†ْู‡َุง، ูَุฅِู†ِّูŠ ุณَู…ِุนْุชُ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูŠَู‚ُูˆู„ُ: «ุงู„ุชَّู„ْุจِูŠู†َุฉُ ู…ُุฌِู…َّุฉٌ ู„ِูُุคَุงุฏِ ุงู„ู…َุฑِูŠุถِ، ุชَุฐْู‡َุจُ ุจِุจَุนْุถِ ุงู„ุญُุฒْู†ِ»
Bahwasanya jika ada salah seorang anggota keluarganya ('Aisyah) wafat, maka berkumpullah kaum wanita. Lalu mereka berpisah kecuali keluarga dan orang-orang tertentu, lalu Aisyah pun memerintahkan untuk memasak talbinah (bubur tepung), lalu dibuatkan tsarid, lalu dia menuangkan talbinah itu di atasnya, lalu berkata: "Makanlah bubur ini! Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ๏ทบ bersabda: "Talbinah bisa menyegarkan hati orang yang sakit, dan menghilangkan sebagian kesedihan." (HR. Muttafaq 'Alaih)
Jadi, 'Aisyah Radhiallahu 'Anha, sebagai salah satu keluarga si mayit, Beliau membuatkan makanan untuk keluarga dan sebagian tamu khususnya.
2. Seorang laki-laki Anshar berkata:
ุฎَุฑَุฌْู†َุง ู…َุนَ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูِูŠ ุฌَู†َุงุฒَุฉٍ، ูَุฑَุฃَูŠْุชُ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูˆَู‡ُูˆَ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู‚َุจْุฑِ ูŠُูˆุตِูŠ ุงู„ْุญَุงูِุฑَ: «ุฃَูˆْุณِุนْ ู…ِู†ْ ู‚ِุจَู„ِ ุฑِุฌْู„َูŠْู‡ِ، ุฃَูˆْุณِุนْ ู…ِู†ْ ู‚ِุจَู„ِ ุฑَุฃْุณِู‡ِ»، ูَู„َู…َّุง ุฑَุฌَุนَ ุงุณْุชَู‚ْุจَู„َู‡ُ ุฏَุงุนِูŠ ุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ ูَุฌَุงุกَ ูˆَุฌِูŠุกَ ุจِุงู„ุทَّุนَุงู…ِ ูَูˆَุถَุนَ ูŠَุฏَู‡ُ، ุซُู…َّ ูˆَุถَุนَ ุงู„ْู‚َูˆْู…ُ، ูَุฃَูƒَู„ُูˆุง ...

Kami keluar bersama Nabi ๏ทบ mengantarkan jenazah, kemudian aku melihat Rasulullah ๏ทบ di atas kubur berwasiat kepada penggalinya: "Perluaslah di sisi kedua kakinya, perluaslah sisi kepalanya." Kemudian tatkala kembali, Beliau disambut utusan seorang wanita yang mengundang Rasulullah ๏ทบ untuk makan, kemudian Beliau datang dan makanan pun dihidangkan. Lalu Beliau metelakkan tangannya pada makanan kemudian orang-orang meletakkan tangannya pada makanan, lalu mereka makan. .... (HR. Abu Daud No. 3332, Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 3332)
3.
ุนู† ุฃุญู†ู ุจู† ู‚ูŠุณ: ูƒู†ุช ุฃุณู…ุน ุนู…ุฑ ูŠู‚ูˆู„ ู„ุงูŠุฏุฎู„ ุฃุญุฏ ู…ู† ู‚ุฑูŠุด ููŠ ุจุงุจ ุฅู„ุง ุฏุฎู„ ู…ุนู‡ ู†ุงุณ ูู„ุง ุฃุฏุฑูŠ ู…ุง ุชุฃูˆูŠู„ ู‚ูˆู„ู‡ ุญุชูŠุทุนู† ุนู…ุฑ ูุฃู…ุฑ ุตู‡ูŠุจุง ุฃู† ูŠุตู„ู‰ ุจุงู„ู†ุงุณ ุซู„ุงุซุง ูˆุฃู…ุฑ ุจุฃู† ูŠุฌุนู„ ู„ู„ู†ุงุณ ุทุนุงู…ุงً ูู„ู…ุง ุฑุฌุนูˆุง ู…ู† ุงู„ุฌู†ุงุฒุฉ ุฌุงุกูˆุง ูˆู‚ุฏ ูˆุถุนุช ุงู„ู…ูˆุงุฆุฏ ูุฃู…ุณูƒ ุงู„ู†ุงุณ ุนู†ู‡ุง ู„ู„ุญุฒู† ุงู„ุฐูŠ ู‡ู…ّ ููŠู‡ ูุฌุงุก ุงู„ุนุจุงุณ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ู…ุทู„ุจ ูู‚ุงู„: ูŠุงุฃูŠู‡ุง ุงู„ู†ุงุณ ู‚ุฏ ู…ุงุช ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูุฃูƒู„ู†ุง ุจุนุฏู‡ ูˆุดุฑุจู†ุง ูˆู…ุงุช ุฃุจูˆุจูƒุฑ ูุฃูƒู„ู†ุง ุจุนุฏู‡ ูˆุดุฑุจู†ุง ุฃูŠู‡ุง ุงู„ู†ุงุณ ูƒู„ูˆุง ู…ู† ู‡ุฐุง ุงู„ุทุนุงู… ูู…ุฏ ูŠุฏู‡ ูˆู…ุฏ ุงู„ู†ุงุณ ุฃูŠุฏูŠู‡ู… ูุฃูƒู„ูˆุง ูุนุฑูุช ุชุฃูˆูŠู„ ุฐู„ูƒ
Dari Ahnaf Bin Qais: Aku pernah mendengar Umar Radhiallahu 'Anhu berkata,  "Tidak akan masuk seseorang dari Quraisy ke dalam satu pintu kecuali orang-orang akan masuk bersamanya.
Aku  (Ahnaf) tidak mengerti apa maksud ucapan Umar  tersebut, sampai suatu hari Umar ditikam (yang membuatnya wafat). Lalu Umar memerintahkan Shuhaib untuk memimpin orang-orang shalat berjamaah selama tiga hari, dan memerintahkan untuk dihidangkan makanan bagi orang-orang.
Maka ketika orang-orang telah kembali dari (menguburkan) jenazah umar, mereka datang kembali  dan telah dihidangkan makanan (di rumah Umar). Lantas orang-orang menahan diri (dari  hidangan) karena kesedihan yangg sedang menimpa mereka.   Maka Abbas bin Abdul Muthalib datang seraya berkata, "Wahai manusia, telah wafat Rasulullah ๏ทบ dan kita makan dan minum (di rumah Rasulullah ๏ทบ)  setelah wafatnya. Dan telah wafat Abu Bakar  dan kita (juga) telah makan dan minum setelah wafatnya (di rumah Abu Bakar). Wahai manusia, makanlah makanan-makanan ini. Lalu Abbas mengulurkan tangannya dan orang2 (dari para sahabat Nabi) juga mengulurkan tangan mereka, lalu mereka makan. Maka, barulah aku (Ahnaf) mengerti apa arti  ucapan Umar itu.
 (Imam Abu Bakar Al Bazzaz, Al Fawaid Asy Syahir No. 305, Imam Alauddin Muttaqi Al Hindi, Kanzul 'Ummal No. 37305, Imam As Suyuthi, Al Jami' Al Ahadits, No. 29163, Imam Muhammad bin Sa'ad, Thabaqat Al Kubra, Juz. 4, Hlm. 21, Imam Ibnu 'Asakir, Tarikh Dimasyqi, Juz. 26, Hlm. 373, Imam Abu Bakar Al Baghdadi, Tarikh Baghdad No. 7641, Imam Al Bushiri, Al Ittihaf Al Khairah No. 2000, katanya: diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani' dalam sanadnya terdapat Zaid bin Ali bin Jud'an (seorang perawi yang dhaif, pen). Syaikh Muhammad Yusuf Al Kandahlawi,  Hayatush Shahabah,  Juz. 3, Hlm. 386)
4. Berkata Abu Nu'aim:
ุญَุฏَّุซَู†َุง ุฃَุจُูˆ ุจَูƒْุฑِ ุจْู†ُ ู…َุงู„ِูƒٍ، ุซู†ุง ุนَุจْุฏُ ุงู„ู„ู‡ِ ุจْู†ُ ุฃَุญْู…َุฏَ ุจْู†ِ ุญَู†ْุจَู„ٍ، ุซู†ุง ุฃَุจِูŠ، ุซู†ุง ู‡َุงุดِู…ُ ุจْู†ُ ุงู„ْู‚َุงุณِู…ِ، ุซู†ุง ุงู„ْุฃَุดْุฌَุนِูŠُّ، ุนَู†ْ ุณُูْูŠَุงู†َ، ู‚َุงู„َ: ู‚َุงู„َ ุทَุงูˆُุณٌ: «ุฅِู†َّ ุงู„ْู…َูˆْุชَู‰ ูŠُูْุชَู†ُูˆู†َ ูِูŠ ู‚ُุจُูˆุฑِู‡ِู…ْ ุณَุจْุนًุง، ูَูƒَุงู†ُูˆุง ูŠَุณْุชَุญِุจُّูˆู†َ ุฃَู†ْ ูŠُุทْุนَู…َ ุนَู†ْู‡ُู…ْ ุชِู„ْูƒَ ุงู„ْุฃَูŠَّุงู…ِ»
Berkata kepada kami Abu Bakr bin Malik, berkata kepada kami Abdullah bin Ahmad bin Hambal, berkata ayahku (Ahmad bin Hambal), berkata kepada kami Hasyim bin Al Qasim, berkata kepada kami Al Asyja'i, dari Sufyan, dia berkata: Berkata Thawus: "Sesungguhnya mayit akan mendapat ujian di kuburnya selama tujuh hari, maka mereka (para sahabat) suka memberikan makanan pada hari-hari itu." (Imam Abu Nu'aim, Hilyatul Auliya, 4/11)
Imam As Suyuthi mengatakan: isnadnya SHAHIH, dan hukumnya sebagai riwayat marfu'. (Ad Dibaj 'Alash Shahih Muslim, 2/490)
Beliau juga menjelaskan dalam kitabnya yang lain: "Rijal (perawi) hadits ini shahih, Thawus adalah senior tabi'in. Menurut Abu Nu'aim, Thawus adalah generasi pertama bagi penduduk Yaman. Abu Nu'aim pernah meriwayatkan bahwa Thawus berkata: "Aku pernah berjumpa dengan 500 para sahabat Rasulullah ๏ทบ. Sementara yang lain meriwayatkan bahwa Thawus mengatakan: "Aku pernah berjumpa dengan 700 syaikh dari generasi sahabat Rasulullah ๏ทบ ." Ada pun Sufyan adalah Ats Tsauri, pernah berjumpa dengan Thawus. (Al Hawi Lil Fatawi, 2/216)
Bagi kelompok ini, riwayat-riwayat ini menjadi dasar yang jelas, tegas, dan shahih, kebolehan bagi pihak keluarga memberikan makanan buat para tamu yang berta'ziyah. Mereka pun meniatkan itu sebagai sedekah, bukan untuk meratap. Bahkan Nabi ๏ทบ pernah makan-makan bersama mereka di rumah keluarga mayit setelah mengantarkan jenazah di kubur, sebagaimana riwayat Abu Daud di atas. Juga para sahabat nabi melakukannya sebagaimana atsar dari Imam As Suyuthi dan menurutnya shahih.
Imam As Suyuthi Rahimahullah mengatakan:

ุฃَู†َّ ุณُู†َّุฉَ ุงู„ْุฅِุทْุนَุงู…ِ ุณَุจْุนَุฉُ ุฃَูŠَّุงู…ٍ، ุจَู„َุบَู†ِูŠ ุฃَู†َّู‡َุง ู…ُุณْุชَู…ِุฑَّุฉٌ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْุขู†َ ุจِู…َูƒَّุฉَ ูˆَุงู„ْู…َุฏِูŠู†َุฉِ، ูَุงู„ุธَّุงู‡ِุฑُ ุฃَู†َّู‡َุง ู„َู…ْ ุชُุชْุฑَูƒْ ู…ِู†ْ ุนَู‡ْุฏِ ุงู„ุตَّุญَุงุจَุฉِ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْุขู†َ، ูˆَุฃَู†َّู‡ُู…ْ ุฃَุฎَุฐُูˆู‡َุง ุฎَู„َูًุง ุนَู†ْ ุณَู„َูٍ ุฅِู„َู‰ ุงู„ุตَّุฏْุฑِ ุงู„ْุฃَูˆَّู„ِ.

Bahwasanya disunahkan memberikan makanan selama tujuh hari (di rumah mayit, pen), telah sampai kepadaku bahwa hal itu terus berlangsung sampai saat ini di Mekkah dan Madinah. Kenyataannya hal itu tidak pernah ditinggalkan sejak masa para sahabat Nabi ๏ทบ sampai saat ini (zaman Imam As Suyuthi), dan sesungguhnya generasi khalaf telah   mengambil dari generasi salaf sampai generasi awal Islam. (Imam Jalaluddin As Suyuthi, Al Hawi Lil Fatawi, Juz. 2 Hlm. 234)
Apa yang dikatakan oleh Imam As Suyuthi ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baaz yang menurutnya memberikan makanan (dalam artian makan-makan) kepada para pentakziah adalah perkara baru
yang yang tidak pernah dilakukan oleh para salaf.
Namun, pihak yang membolehkan pun melarang jika masalah makanan ini menjadi tradisi yang dipaksakan hanya karena tidak enak dengan pembicaraan masyarakat. Atau untuk bermegah-megah, sehingga nilai takziahnya hilang berubah menjadi pesta. Jika seperti itu maka mereka sepakat kebid'ahannya, bahkan menjadi haram jika untuk meratap dan memuji keluarga secara berlebihan, sebagaimana yang difatwakan Imam Ibnu Hajar Rahimahullah. (Lihat: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,37421-lang,id-c,ubudiyah-t,Hidangan+dan+Makanan+dalam+Upacara+Kematian++Ta%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2ziyah+-.phpx)
So, ini khilaf para ulama, jangan pakai emosi, jangan pula mudah menyerang sesama muslim. Ambil yang kita yakini dan jangan ingkari yang lain.
Wallahu A'lam
๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ
Dipersembahkan oleh: manis.id
๐Ÿ“ฑ Info & pendaftaran member: bit.ly/mediamanis
๐Ÿ’ฐDonasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
a.n Yayasan MANIS,
No Rek BSM 7113816637
Info lebih lanjut: bit.ly/donasidakwahmanis
17/06/19
10.17 - +62 812-9419-3202: ๐Ÿ“† Senin, 13 Syawal 1440H / 17 Juni 2019
๐Ÿ“š Ibadah

๐Ÿ“ Pemateri: Ustadz Farid Nu'man Hasan, S.S.
๐Ÿ“‹ Iblis Pun Menjebak Orang Yang Membaca Al Quran
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐ŸŒน
Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata:
ูˆู‚ุฏ ู„ุจุณ ุฅุจู„ูŠุณ ุนู„ู‰ ู‚ูˆู… ู…ู† ุงู„ู‚ุฑุงุก ูู‡ู… ูŠู‚ุฑุฃูˆู† ุงู„ู‚ุฑุขู† ููŠ ู…ู†ุงุฑุฉ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ุจุงู„ู„ูŠู„ ุจุงู„ุฃุตูˆุงุช ุงู„ู…ุฌุชู…ุนุฉ ุงู„ู…ุฑุชูุนุฉ ุงู„ุฌุฒุก ูˆุงู„ุฌุฒุฃูŠู† ููŠุฌุชู…ุนูˆู† ุจูŠู† ุฃุฐู‰ ุงู„ู†ุงุณ ููŠ ู…ู†ุนู‡ู… ู…ู† ุงู„ู†ูˆู… ูˆุจูŠู† ุงู„ุชุนุฑุถ ู„ู„ุฑูŠุงุก ูˆู…ู†ู‡ู… ู…ู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ู…ุณุฌุฏู‡ ูˆู‚ุช ุงู„ุฃุฐุงู† ู„ุฃู†ู‡ ุญูŠู† ุงุฌุชู…ุงุน ุงู„ู†ุงุณ ููŠ ุงู„ู…ุณุฌุฏ.
ู‚ุงู„ ุงู„ู…ุตู†ู ูˆู…ู† ุฃุนุฌุจ ู…ุง ุฑุฃูŠุช ููŠู‡ู… ุฃู† ุฑุฌู„ุง ูƒุงู† ูŠุตู„ูŠ ุจุงู„ู†ุงุณ ุตู„ุงุฉ ุงู„ุตุจุญ ูŠูˆู… ุงู„ุฌู…ุนุฉ ุซู… ูŠู„ุชูุช ููŠู‚ุฑุฃ ุงู„ู…ุนูˆุฐุชูŠู† ูˆูŠุฏุนูˆ ุฏุนุงุก ุงู„ุฎุชู…ุฉ ู„ูŠุนู„ู… ุงู„ู†ุงุณ ุฃู†ูŠ ู‚ุฏ ุฎุชู…ุช ุงู„ุฎุชู…ุฉ ูˆู…ุง ู‡ุฐู‡ ุทุฑูŠู‚ุฉ ุงู„ุณู„ู ูุฅู† ุงู„ุณู„ู ูƒุงู†ูˆุง ูŠุณุชุฑูˆู† ุนุจุงุฏุชู‡ู… ูˆูƒุงู† ุนู…ู„ ุงู„ุฑุจูŠุน ุจู† ุฎุซูŠู… ูƒู„ู‡ ุณุฑุง ูุฑุจู…ุง ุฏุฎู„ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุฏุงุฎู„ ูˆู‚ุฏ ู†ุดุฑ ุงู„ู…ุตุญู ููŠุบุทูŠู‡ ุจุซูˆุจู‡ ูˆูƒุงู† ุฃุญู…ุฏ ุจู† ุญู†ุจู„ ูŠู‚ุฑุฃ ุงู„ู‚ุฑุขู† ูƒุซูŠุฑุง ูˆู„ุง ูŠุฏุฑูŠ ู…ุชู‰ ูŠุฎุชู….
Iblis telah memperdayai segolongan ahli pembaca Al Quran, mereka membaca Al Quran di menara masjid di malam hari, dengan suara yang dikeraskan, juz demi juz, sehingga selain mengganggu manusia yang sedang tidur mereka juga menampakkan riya.
Di antara mereka ada yang membaca Al Quran ketika adzan, karena saat itu orang-orang mendatangi dan berkumpul di masjid. Pernah saya melihat kejadian yang aneh, ada orang yang shalat subuh pada hari Jumat bersama manusia, lalu dia tengok kanan kiri lalu membaca Al Falaq dan An Naas, kemudian membaca doa khataman Al Quran supaya pamer kepada manusia agar mereka tahu bahwa dia telah mengkhatamkannya.
Ini bukanlah perilaku salaf, karena mereka suka menyembunyikan amal ibadahnya. Bahkan Ar Rabi' bin Khutsaim menyembunyikan semua amalnya. Jika ada orang yang masuk ke rumahnya saat dia sedang membaca mushaf, maka dia menutup mushafnya dengan kainnya. Dahulu Imam Ahmad bin Hambal banyak membaca Al Quran tapi tidak diketahui kapan dia mengkhatamkannya.
(Imam Abul Faraj bin Al Jauzi, Talbis Iblis, Hal. 128)
๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ
Dipersembahkan oleh: manis.id
๐Ÿ“ฑ Info & pendaftaran member: bit.ly/mediamanis
๐Ÿ’ฐ=Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa=๐Ÿ’ฐ
๐Ÿ’ณ a.n Yayasan MANIS,
No Rek BSM 7113816637
๐Ÿ“ฒ Info lebih lanjut: bit.ly/donasidakwahmanis
17/06/19
10.56 - +62 812-9419-3202: <Media tidak disertakan>
17/06/19 10.56 - +62 812-9419-3202: <Media tidak disertakan>
Riwayat chat terlampir sebagai file "Chat WhatsApp dengan Majelis MANIS ๐Ÿฏ #I 21" di email ini.























































































































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar